Rabu, 18 Juli 2007

Bosan?!


Bismillah,

Hari ini adalah hari terakhir di bulan Sya'ban, nanti sore sudah masuk bulan
Ramadlan. Segudang hal bisa dilihat mulai dari ibu-ibu (maaf, gender sekali
ya? bukan itu maksudnya) yang jauh-jauh hari sudah mulai menyibukkan dengan
membuka buku-buku menu, mencari sajadah yang bagus, mukena yang masih putih banget,
atau kalau nggak ada, maka beli ke toserba atau mall-mall. Bermunculan segudang
toko-toko dan pedagang-pedangan baik yang sudah lama ataupun amatiran menjual
segala sesuatu yang berkaitan dengan puasa : sajadah, sarung, mukena,kupluk/kopiah, kolak, kolang kaling, cincau, timun sari, blewah, sampai buku-buku agama, kaset-kaset pengajian, dan lain-lain........ luar biasa,sesuatu yang sangat lazim dan telah berjalan berabad-abad lamanya. Saya pernah nonton di sebuah tivi swasta, ada salah satu bangsa di timur tengah, jika tidak salah ingat Yaman atau Maroko, kota-kotanya hidup pada saat malam hari tiap bulan puasa dan justru mati pada saat siang hari.

Belakangan ini pun marak masuk ke handphone dan komputer saya, pernyataan
menyambut bulan suci ini dan mohon maaf sebelum bulan puasa ini. Sungguh,
bulan puasa ternyata menghadirkan sesuatu yang sangat luar biasa. Entah bagi orang
lain, buat saya, ini adalah sangat luar biasa. Hadits yang menyatakan
kebahagiaan umat yang berpuasa ada dua, yakni salah satunya saat berbuka,
sungguh semakin membuat saya semakin sedih dan sedih. Entah mengapa hal ini
selalu muncul pada saat bulan puasa datang. Betapa banyak hal yang kita
lupakan. Betapa Allah sudah memberikan banyak peluang kepada kita untuk memberi warna
bulan puasa. Berikan warna yang indah, malam yang syahdu, malam yang penuh
dengan air mata, terik siang yang membangunkan hati nurani, keramaian dan
kepadatan lalu lintas yang menyepikan hati untuk selalu ingat bahwa kita
nggak pernah sekalipun sanggup membalas kebaikan Allah. Bahkan pada setiap nafas
yang kita tarik dan keluarkan, tidak ada satupun yang bisa membalas kebaikan-Nya.

Pemandangan ini terus terang mengusik hati saya. Lama sekali saya bosan tiap
Ramadlan datang, duh Gusti Allah, saya mohon maaf, Engkau terlalu baik
buatku. Saya tidak bosan dengan kebaikan Allah yang senantiasa memberikan bulan
Ramadhan yang penuh makna, tidak sama sekali. Saya bosan dengan kelakuan diri sendiri
yang membiarkan makna bulan penuh hikmah ini terbiasa dikotori oleh
niat-niat yang tidak suci. Sejak kapan kita membiasakan untuk makan kolak setiap hari? Sejak kapan kita selalu makan buah sesudah makan tiap hari? Ada apa dengan
diri kita? Apakah Allah akan menolak sholat kita yang tidak khusyu' ini karena
pake mukena yang sudah tidak lagi putih? Apakah Allah sebegitu bodohnya tidak
mengizinkan kita sholat dengan sarung yang baru? Apakah hidup ini sudah
begitu mudahnya ditukar dengan sesuatu yang bersifat fisik? Apakah Allah sendiri
tidak cukup buat kita? Apakah kita perlu menambah-nambahi lagi dengan yang lain?

Lalu apa yang terjadi? Bersiap-siaplah nanti sore kita akan menjumpai macet
di sana sini, siap-siaplah kita yang terpaksa pulang malam masih juga mendapati
begitu banyak orang-orang yang egois mau dateng ke mesjid sehingga jalanan
padat nggak karuan. "Suatu saat nanti ummatku laksana buih, banyak tetapi mudah
hilang ditelan ombak......." Duh Gusti Allah, tolonglah buang pikiran-pikiran kotor
ini. Allah terlalu picik dalam pikiran kita sehingga kita membalas dengan
kepicikan-kepicikan yang kita lakukan. Ramadlan memiliki segudan makna yang
bisa kita dapatkan pada buku-buka agama dan kyai-kyai.

Setiap masuk bulan ini, saya selalu sedih, karena ternyata kita tidak cukup
sekali ditraining, kita diberi kesempatan ujian "HER" dengan dimaafkan semua
hasil ujian yang telah lalu. Maka berbahagialah anda yang menyambut bulan
kasih sayang ini JIKA anda sudah lulus ujian tahun kemarin, karena ini berarti ada
dapat bonus. Betapa tidak, apa sih yang sudah saya lakukan setahun terakhir?
Apa ya mencerminkan training Ramadlan tahun kemarin? Malu sekali saya jika
mengingatnya. Yang saya lakukan tahun ini masih sama dengan tahun-tahun
sebelumnya dan nggak naik-naik pangkat. Maka janganlah kita bergembira jika
kita nggak lulus ujian, tapi malulah kita, bersedihlah kita, dan bosanlah kita,
karena tiap kali datang bulan Ramadlan kita selalu melakukan hal yang sama:
beli baju baru, beli mukena baru, beli sarung & kupluk baru, beli buah dan
sayuran banyak-banyak buat menuh-menuhin kulkas (biar nggak kekurangan vitamin dan
mineral katanya), siap-siap macet tiap awal bulan, lalu menuh-menuhin mesjid
hanya pada awal dan akhir bulan puasa, ngaji hanya diujung dan akhir bulan,
itupun nggak khatam, paling cuma beberapa juz, pulang kampung dan
buang-buang uang, lalu? Makan banyak-banyak pada saat lebaran pasca lebaran, kembalilah seperti semula.

(sumber milis darruttauhid)

Tidak ada komentar: