Rabu, 18 Juli 2007

Bekal Diri Di Bulan Suci


Sabtu, 02 November 2002


Bekal Diri Di Bulan Suci


Sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan, suatu bulan yang penuh dengan ampunan dan keberkahan dari Allah swt. Sepatutnya kita pun berharap dapat menyongsong serta menjalaninya dengan sebaik-baiknya agar kita mampu mencapai derajat taqwa di sisi Allah swt.

Banyak di antara kita telah melewati bulan Ramadhan sejak dari usia kanak-kanak sampai dewasa. Setiap tahun kita jalani bulan Ramadhan itu dengan berpuasa dan melaksanakan ibadah-ibadah yang dianjurkan. Akan tetapi sudahkah kita benar-benar mampu menjadikan bulan ramadhan itu sebagai momen bagi kita untuk mengejakan amal shalih yang mampu menjadi jalan untuk mencapai keridhoan Allah swt ?

Uraian berikut ini mudah-mudahan menjadi bermanfaat untuk kita agar menjadikan segala aktifitas ibadah di bulan Ramadhan ini menjadi amal shalih yang diterima Allah swt, insya Allah.

Pertama; Hendaknya kita jadikan ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya di bulan suci tidak hanya sekedar rutinitas, tetapi landasi dengan pemahaman yang benar tentang ibadah tersebut. Hal ini mutlak untuk kita pahami dengan benar sebelum kita melaksanakannya. Misalnya kita harus memahami bagaimana tata cara berpuasa, mulai dari hukum-hukum yang mewajibkannya , sunah-sunahnya, dan yang dibolehkan (mubah), sampai yang diharamkan serta yang dimakruhkan dalam berpuasa.
Semua pengetahuan tentang ibadah-ibadah di bulan suci sangat mudah dan banyak kita dapatkan, mulai dari setiap media massa, buku-buku, ceramah-ceramah agama, bahkan sampai dari pelajaran-pelajaran di sekolah. Akan tetapi yang harus diperhatikan dari banyaknya sumber-sumber itu adalah ke-shahih-annya. Hal ini yang membutuhkan penelaahan yang lebih mendalam dan harus dikaji dengan seksama. Agar tidak kacau atau
'menyimpang' pengetahuan kita tentang ilmu yang berkaitan dengan ibadah kita itu, kita bisa mengujinya dengan memikirkannya melalui pola pemikiran yang sangat mendalam dan jernih disertai dengan kesadaran dalam mempelajarinya. Dan bila kita belum sanggup, karena membutuhkan pengetahuan penunjang yang sangat banyak seperti bahasa arab, ilmu hadits, ilmu ushul fiqh dan lain sebagainya, kita harus merujuk kepada
pemikiran para mujtahid yang terkenal dan telah terpercaya serta teruji dikalangan ulama Islam.

Misalnya seperti Imam Syafi'I, Imam Ahmad, Imam Hanafi dan Imam Maliki. Buku-buku fiqih para imam tersebut telah banyak beredar, baik yang masih berbahasa asli ataupun terjemahannya.
Mengikuti mereka bukanlah suatu yang memalukan bagi kita, karena mereka lebih layak kita ikuti ketimbang orang yang mengaku ulama dan sembarangan dalam melakukan ijtihad yang kita ikuti. Dengan alasan pendapatnya lebih mudah kita jalani. Ini semua karena masalah ini adalah masalah agama yang mengandung konsekuensi pahala dan dosa bagi yang salah dalam menjalani suatu hukum. Tetapi bila yang diikuti itu mampu berijtihad dengan benar walaupu hasil ijtihadnya salah maka tetap akan mendapatkan pahala. Semua itu adalah dalam waktu yang sementara sampai kita mampu mencapai derajat mujtahid seperti mereka, atau sampai akhir hidup kita tetap menjadi pengikutnya karena ketidakmampuan kita.
Dalam mengikuti pendapat mereka dalam satu hukum tertentu haruslah secara utuh dalam satu perkara yang kita kaji atau akan kita ikuti. Misalnya kita mengangikuti fiqih Imam Syafi'I dalam ibadah puasa, maka seluruh ketentuannya harus kita ikuti dari yang terkecil sampai yang terbesar, dari yang teringan sampai yang terberat. Kita tidak boleh mengambil atau mengikuti suatu hukum menurut kesenangan kita saja (hawa nafsu), seperti hanya mengambil yang ringan- ringan dan yang mudah-mudah saja dari para imam
mujtahid itu. Bila ini terjadi maka kita termasuk mengikuti hawa nafsu kita. Begitu juga bila kita mengikuti ulama-ulama yang hanya sekedar meringankan dan menyenangkan kita dalam urusan agama dengan ijtihadnya sendiri padahal dia belum layak untuk berijtihad.

Yang juga penting dari point pertama ini adalah semua pengetahuan ibadah di bulan suci yang kita miliki atau dapati ini harus kita usahakan untuk diterapkan semaksimal mingkin. Tentu tidak akan menjadi amal shalih apabila kita mengetahui betapa utamanya shalat tarwih di malam bulan ramadhan akan tetapi kita tidak melaksanakannya, begitu pula yang lainnya.
Kedua; hendaknya kita jadikan segala ibadah di bulan suci ini dengan landasan keimanan. Tanpa adanya keimanan kepada Allah swt, maka ibadah seseorang akan menjadi sia-sia. Maksudnya adalah segala aktifitas ibadah yang kita lakukan harus disadari semuanya itu adalah perintah Allah swt, bukan sekedar ikut-ikutan atau yang lainya. Harus kita paksakan pada diri kita selama mengerjakan ibadah itu senantiasa berada dalam suasana keimanan (jawwul iman). Yaitu dengan selalu sadar bahwa kita adalah makhluk Allah dan hanya karena Allah-lahkita melaksanakan perintah Nya ini. Dengan kata lain harus ada dalam ibadah itu keikhlashan yang murni yang senantiasa hadir dalam benak kita akan hubungan kita dengan Allah swt, yaitu hubungan makhluk
dengan penciptanya.

Suasana keimanan yang melingkupi kita dalam melaksanakan ibadah puasa dan ibadah lainnya, akan menjaga diri kita untuk selalu jujur pada diri kita sendiri dan rela berkorban demi keimanan. Karena ibadah puasa adalah ibadah yang hanya Allah yang tahu dan akan memberikan penilaiannya. Sehingga kualitas ibadah puasa kita tidak bisa terukur oleh orang lain bahkan oleh diri kita sendiri, kecuali Allah swt semata. Walhasil, menjaga diri dengan suasana keimanan adalah keharusan yang mutlak bila kita ingin ibadah kita diterima-Nya.

Ketiga; hendaknya harus diraih nilai ibadah dalam melaksanakan segala ibadah di bulan suci ini. Setiap perbuatan seorang muslim haruslah menjadi perbuatan yang bernilai produktif dan tidak menjadi sia-sia. Oleh karena itu pada saat kita melaksanakan ibadah, yang pada zahirnya adalah perbuatan gerak badan dan pikiran kita, harus diraih nilai (qimah) yang kita dapatkan.

Nilai ibadah bukan berbentuk materi, seperti berniaga yang akan mendapatkan keuntungan materi. Begitu juga nilai ibadah bukan untuk mendapatkan akhlak yang baik, yang hanya kita rasakan bila kita melakukan akhlak terpuji. Nilai ibadah juga bukan nilai yang bersifat manusiawi, yang harus kita raih bila kita menolong sesama manusia tanpa melihat suku, agama, ataupun ras seseorang. Akan tetapi nilai ibadah bersifat ruhiyah yaitu taqorrub ila llah, mendekatkan diri kepada Allah. Inilah nilai ibadah yang harus kita raih dalam beribadah.

Segala rangkaian ibadah di bulan suci ini hendaknya menjadikan diri kita dekat kepada Allah swt. Segala janji pahala yang berlipat yang akan diberikan oleh Allah swt hendaknya dijadikan sebagai motifator kita untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Seorang muslim yang merasa dekat dengan Allah swt tentu akan berusaha melaksanakan segala perintah Allah , tidak lagi menghiraukan perbuatan itu berat atau ringan. Juga
akan selalu menjauhi larangan Allah swt, senikmat apapun, menurut hawa nafsunya, larangan itu tentu akan dijauhinya.

Bila nilai ibadah ini telah tertanam dalam jiwa seorang muslim tentu tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah swt semata. Sehingga walaupun kematian menjemputnya dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya maka akan dirasakan sebagai nikmat yang sangat besar dan akan segera mempercepat dirinya untuk bertemu dengan Kekasihnya, Allah swt.
Ketiga hal di atas harus senantiasa ada pada saat kita melaksanakan ibadah di bulan suci Ramadhan ini. Satu poin saja lepas dari ibadah kita maka kesia-siaan akan menghiasi perbuatan kita. Ketiga hal di atas juga bias kita terapkan dalam seluruh perbuatan kita, supaya menjadi nilai pahala dengan menjadikannya amal shalih.
Tentu saja dengan cara memahami terlebih dahulu perbuatan tersebut apakah sesuai dengan hukum Islam, kemudian selalu sadar akan hubungan kita dengan Allah pada saat melaksanakannya dan juga kita berusaha meraih nilai perbuatan yang dilakukan. Semua ini membutuhkan pemikiran yang mendalam dan jernih serta dengan kewaspadaan yang penuh agar tidak tergelicir pada kesalahan.
Dari Muhammad Faisal 'Abbas
Disarikan dan diolah dari kitab Mafaahiim Islamiyyah jilid 1 karya Muhammad Husain Abdullah, cetakan 1 tahun 1994-1414 H terbitan Daarul Bayaariq, Bairut Libanon. Hal 58-72

Menyongsong Jamuan Ramadhan

Jakarta , Jumat, 18-10-2002 00:03:37
http://www.gatra.com
MENYONGSONG JAMUAN RAMADHAN

Abdullah Gymnastiar


GATRA.com - "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa"
(Q.S. Al-Baqarah [2]:183).

SEMOGA Allah memberikan umur kepada kita untuk bisa menikmati jamuan
Allah --bulan Ramadan-- yang sangat spektakuler, yang membuat orang-orang
putus harapan bisa berharap, dan yang putus asa bisa bangkit. Kalau Saudara
begitu banyak mengalami kesulitan, seakan tidak ada lagi harapan, maka
Ramadan adalah saat di mana Allah tidak akan mengecewakan hamba-hamba-Nya.
Karena itu, seharusnya kita bersimbah air mata karena kerinduan yang
mendalam ingin mendapatkan jaminan Allah SWT.

Ketika seorang dermawan yang mulia akhlaknya akan menjamu seseorang, kita
akan sangat bahagia karena dijamu oleh orang yang kita segani. Apalagi ini
jamuan dari pencipta alam semesta yang Mahatahu lumuran dosa kita, yang
Mahatahu segala derita dan harapan kita. Amatlah rugi andai kata kita tidak
termasuk orang yang merasa sangat ingin memasuki Ramadan ini dalam keadaan
siap.


Khotbah Rasulullah

SAYA ingin mengutip sebuah hadis yang cukup panjang, yaitu khotbah
Rasulullah SAW menjelang bulan Ramadan. Khotbah ini diriwayatkan Imam Ali
R.A.

"Wahai manusia, sungguh telah datang kepada kalian bulan Allah yang membawa
berkah, rahmat, dan maghfirah, bulan yang paling mulia di sisi Allah.
Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama, malam-malam di bulan
Ramadan adalah malam-malam yang paling utama, jam demi jamnya adalah jam
yang paling utama.

"Inilah bulan yang ketika engkau diundang menjadi tetamu Allah dan
dimuliakan oleh-Nya. Pada bulan ini napasmu menjadi tasbih, tidurmu menjadi
ibadah, amal-amalmu diterima, dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada
Allah, Rab-mu dengan hati yang tulus dan hati yang suci agar Allah
membimbingmu untuk melakukan saum dan membaca kitab-Nya. Sungguh celakalah
orang yang tidak mendapatkan ampunan Allah pada bulan yang agung ini.

"Kenanglah rasa lapar dan hausmu sebagaimana kelaparan dan kehausan pada
hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakan
orangtuamu. Sayangilah yang muda. Sambungkanlah tali persaudaraan. Jaga
lidahmu. Tahan pandangan dari apa yang tidak halal kamu memandangnya. Dan
tahan pula pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarkannya.

"Kasihilah anak-anak yatim, niscaya anak-anak yatim akan dikasihani manusia.
Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk
berdoa di waktu salatmu karena saat itulah saat yang paling utama ketika
Allah Azza Wajalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih. Dia
menjawab ketika mereka menyeru-Nya, Dia menyambut ketika mereka
memanggil-Nya, dan Dia mengabulkan doa-doa ketika mereka bermunajat
kepada-Nya.

"Wahai manusia! Sesungguhnya diri kalian tergadai karena amal-amal kalian,
maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban
dosamu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu. Ketahuilah, Allah
SWT bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab
orang-orang yang bersujud, tidak mengancam mereka dengan neraka pada hari
manusia berdiri di hadapan Rabbul'alamin.

"Wahai manusia! Barang siapa di antaramu memberi makan untuk berbuka kepada
kaum mukmin yang melaksanakan saum di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya
sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa
yang lalu. Para sahabat bertanya, 'Kami semua tidak akan mampu berbuat
demikian.' Lalu Rasulullah melanjutkan khotbahnya. Jagalah diri kalian dari
api neraka walau hanya dengan sebiji kurma. Jagalah diri kalian dari api
neraka walau hanya dengan setitik air.

"Wahai manusia! Barang siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini, dia
akan berhasil melewati shiraatalmustaqim, pada hari ketika kaki-kaki
tergelincir. Barang siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang
dimiliki tangan kanannya dan membantunya di bulan ini, maka Allah akan
meringankan pemeriksaannya di hari kiamat.

"Barang siapa yang menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan
murkanya pada hari dia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa yang memuliakan
anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakannya di hari berjumpa
dengan-Nya, dan barang siapa yang menyambungkan tali silaturahmi di bulan
ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari dia berjumpa
dengan-Nya. Dan barang siapa yang memutuskan silaturahmi di bulan ini, Allah
akan memutuskan dia dari rahmat-Nya.

"Siapa yang melakukan salat sunat di bulan Ramadan, Allah akan menuliskan
baginya kebebasan dari api neraka. Barang siapa yang melakukan salat fardu,
baginya ganjaran seperti 70 salat fardu di bulan yang lain.

"Barang siapa yang memperbanyak salawat kepadaku di bulan ini, Allah akan
memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barang siapa
yang pada bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama dengan
mengkhatamkan Al-Quran di bulan-bulan yang lain.

"Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka
mintalah kepada Tuhanmu agar tidak akan pernah menutupkannya bagimu.
Pintu-pintu neraka tertutup maka mohonkanlah kepada Rab-mu agar tidak akan
pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah kepada
Tuhanmu agar mereka tidak pernah lagi menguasaimu.

"Lalu Amirulmukminin Ali bin Abi Thalib berdiri dan berkata: 'Ya Rasulullah,
amal apa yang paling utama di bulan ini.' Rasul yang mulia menjawab, 'Ya
Abul Hasan, amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa
yang diharamkan Allah SWT."


Bulan Ampunan

KITA tidak akan pernah berjumpa dengan kemudahan ampunan kecuali di bulan
Ramadan. Semelimpah apa-pun dosa kita, sungguh! Allah menjanjikan ampunan di
bulan Ramadan.

Kalau kita merasa berat hidup karena lumuran dosa, ketahuilah ampunan Allah
di bulan Ramadan lebih dahsyat daripada dahsyatnya dosa-dosa kita. Kalau
kita merasa jauh dari rahmat Allah, hidup gersang dan kering, maka Ramadan
adalah sarana yang paling cepat untuk mendapat rahmat dari Allah SWT.

Kalau kita dililit utang-piutang, maka Allah Yang Mahakaya yang menjanjikan
terkabulnya doa dan dilunasinya apa yang kita butuhkan. Karena itu, sungguh
sangat rugi andai kata kita tidak bergembira dan tidak bersemangat
menghadapi bulan yang penuh berkah ini.


Persiapan

APA yang harus kita persiapkan menjelang bulan Ramadan? Tampaknya, mulai
saat ini kita harus menjagai diri dari apa pun yang Allah haramkan. Rasanya,
tidak perlu kita menonton TV sampai larut malam. Lebih baik kita isi dengan
membaca Al-Quran atau berzikir. Bagaimana mungkin kita membiarkan
malam-malam kita diisi dengan tidur pulas sedangkan Allah menyiapkan
sepertiga malam terakhir menjadi saat yang disukai Allah.

Usahakanlah untuk mulai saum dari apa pun yang tidak disukai Allah. Allah
Maha Melihat perjuangan kita. Kita harus berupaya agar Allah Yang Maha
Menyaksikan benar-benar melihat diri kita menjadi orang yang bersiap-siap
menyambut jamuan Allah. Kita akan senang jikalau orang yang akan kita jamu
datang dalam keadaan siap.

Mulai saat ini, hindari telinga kita dari sesuatu yang tidak layak kita
dengar. Usahakan untuk sehemat mungkin berkata-kata yang tidak perlu. Untuk
apa menambah-nambah kekotoran diri dengan kata-kata yang tidak berguna.
Berkatalah benar atau diam, sehingga tiada terucap dari lisan ini kecuali
kata-kata yang disukai Allah.

Di samping itu, siapkan rumah kita menjadi rumah yang penuh berkah di bulan
Ramadan. Kita harus mulai melihat, tidak ada yang haram di rumah kita.
Bukalah lemari kita, kalau ada yang diragukan segera keluarkan. Lihatlah
dapur kita, kalau ada barang yang kita ragukan segera keluarkan. Jangan
pernah kita dijamu Allah ketika pada diri kita melekat pakaian yang haram.

Lihat perpustakaan kita, apakah masih ada buku-buku yang bukan milik kita?
Kalau ada segera kembalikan. Karena buat apa kita menyimpan sesuatu yang
tidak halal bagi kita. Sehingga semuanya bersih dari yang haram. Bahkan
selain bersih dari yang haram, kita bersihkan diri kita dari sesuatu yang
berlebihan. Kalau celana, sarung, pakaian, dan kerudung kita terlalu banyak,
segera keluarkan. Daripada tidak kita pakai, lebih baik dimanfaatkan orang
yang membutuhkan.

Sebelum Ramadan tiba, bebaskan rumah kita dari hal yang sia-sia. Karena
siapa lagi yang kita cari keridhaannya selain Allah. Senangkah bila rumah
kita dipuji manusia tapi dibenci Allah?

Tidak usah takut kehabisan pakaian karena Allah-lah pemberi rezeki dan tidak
mungkin Allah melalaikan orang yang menafkahkan rezekinya di jalan Allah.
Yakinlah, Allah tidak akan pernah lupa membalasnya. Allah tahu kapan kita
membutuhkannya karena Dialah pengatur rezeki yang hakiki.

Ramadan adalah saat di mana kita menjadi paling dermawan dalam hidup kita
sebagaimana Rasulullah menafkahkan rezekinya di bulan Ramadan. Tidak sulit
bagi Allah untuk membalas setiap hamba-hamba-Nya.

Tidak ada salahnya kita berniat sungguh-sungguh di bulan Ramadan karena
menginginkan jodoh, sepanjang kita ingin dijodohkan oleh Allah. Dialah yang
menyuruh kita menikah dan Dialah yang menciptakan kita berpasang-pasangan,
kepada siapa lagi kita meminta kalau bukan kepada-Nya. Yang pasti, Allah
tidak akan mengecewakan kalau kita bersungguh-sungguh kepada-Nya.

Mulai sekarang, sembari membersihkan rumah, bersihkan pula pikiran dan hati
kita dari pikiran negatif. Jangan pernah berpikir benci kepada seseorang
karena bisa mengotori hati kita. Mulai saat ini, jadilah orang yang pemaaf.
Tidak ada lagi pikiran-pikiran untuk membalas dendam.

Mulai sekarang, latihlah untuk tidak celetak-celetuk asal bicara. Hujan mau
besar atau kecil tidak usah dikomentari. Tidak ada lagi kata-kata yang
membuat Allah tidak suka.

Alangkah bagusnya pabila kita minta maaf kepada orangtua menjelang bulan
Ramadan. Ziarah ke makam orangtua kita bagi yang sudah meninggal. Minta
ampunlah kalau kita belum sungguh-sungguh membahagiakan orangtua kita.
Suami-istri juga ada baiknya saling meminta maaf. Tidak ada salahnya minta
maaf kepada orang yang lebih muda dari kita, termasuk kepada adik dan
anak-anak kita.

Yang sering zalim ke pembantunya segeralah minta maaf. Minta maaflah dengan
ikhlas. Insya Allah, dengan meminta maaf terlebih dulu, kita akan lebih
ringan memasuki Ramadan. Sebaliknya, kita juga harus menjadi pemaaf dengan
segera memaafkan orang yang minta maaf kepada kita.

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (Q.S.
Ali Imran [3]:133-134).

Menjelang Ramadan, dekatkanlah segala sesuatu yang akan membuat kita akrab
dengan Allah. Selalu siapkan Al-Quran di tas, di meja kerja, dan di kamar
tidur agar kita bisa dengan mudah membacanya. Begitu juga dengan buku-buku
tentang keutamaan bulan Ramadan. Sediakan juga anggaran khusus untuk sedekah
dan anggaran untuk berbuka bagi orang lain. Satu butir kurma yang kita
berikan untuk berbuka, pahalanya sama dengan satu hari saum.

Buat juga daftar orang yang harus kita kunjungi, seperti kakek, nenek, bibi,
dan keluarga kita yang lainnya. Terutama keluarga kita yang sedang berada di
rumah sakit. Tiap detik harus jadi kebaikan. Tiada hari tanpa silaturahmi.
Termasuk silaturahmi kepada ulama. Kunjungi juga orang-orang duafa yang
sengsara dan dililit utang. Mudah-mudahan, Ramadan kita menjadi penebar
rahmat kepada orang-orang yang duafa.

Bosan?!


Bismillah,

Hari ini adalah hari terakhir di bulan Sya'ban, nanti sore sudah masuk bulan
Ramadlan. Segudang hal bisa dilihat mulai dari ibu-ibu (maaf, gender sekali
ya? bukan itu maksudnya) yang jauh-jauh hari sudah mulai menyibukkan dengan
membuka buku-buku menu, mencari sajadah yang bagus, mukena yang masih putih banget,
atau kalau nggak ada, maka beli ke toserba atau mall-mall. Bermunculan segudang
toko-toko dan pedagang-pedangan baik yang sudah lama ataupun amatiran menjual
segala sesuatu yang berkaitan dengan puasa : sajadah, sarung, mukena,kupluk/kopiah, kolak, kolang kaling, cincau, timun sari, blewah, sampai buku-buku agama, kaset-kaset pengajian, dan lain-lain........ luar biasa,sesuatu yang sangat lazim dan telah berjalan berabad-abad lamanya. Saya pernah nonton di sebuah tivi swasta, ada salah satu bangsa di timur tengah, jika tidak salah ingat Yaman atau Maroko, kota-kotanya hidup pada saat malam hari tiap bulan puasa dan justru mati pada saat siang hari.

Belakangan ini pun marak masuk ke handphone dan komputer saya, pernyataan
menyambut bulan suci ini dan mohon maaf sebelum bulan puasa ini. Sungguh,
bulan puasa ternyata menghadirkan sesuatu yang sangat luar biasa. Entah bagi orang
lain, buat saya, ini adalah sangat luar biasa. Hadits yang menyatakan
kebahagiaan umat yang berpuasa ada dua, yakni salah satunya saat berbuka,
sungguh semakin membuat saya semakin sedih dan sedih. Entah mengapa hal ini
selalu muncul pada saat bulan puasa datang. Betapa banyak hal yang kita
lupakan. Betapa Allah sudah memberikan banyak peluang kepada kita untuk memberi warna
bulan puasa. Berikan warna yang indah, malam yang syahdu, malam yang penuh
dengan air mata, terik siang yang membangunkan hati nurani, keramaian dan
kepadatan lalu lintas yang menyepikan hati untuk selalu ingat bahwa kita
nggak pernah sekalipun sanggup membalas kebaikan Allah. Bahkan pada setiap nafas
yang kita tarik dan keluarkan, tidak ada satupun yang bisa membalas kebaikan-Nya.

Pemandangan ini terus terang mengusik hati saya. Lama sekali saya bosan tiap
Ramadlan datang, duh Gusti Allah, saya mohon maaf, Engkau terlalu baik
buatku. Saya tidak bosan dengan kebaikan Allah yang senantiasa memberikan bulan
Ramadhan yang penuh makna, tidak sama sekali. Saya bosan dengan kelakuan diri sendiri
yang membiarkan makna bulan penuh hikmah ini terbiasa dikotori oleh
niat-niat yang tidak suci. Sejak kapan kita membiasakan untuk makan kolak setiap hari? Sejak kapan kita selalu makan buah sesudah makan tiap hari? Ada apa dengan
diri kita? Apakah Allah akan menolak sholat kita yang tidak khusyu' ini karena
pake mukena yang sudah tidak lagi putih? Apakah Allah sebegitu bodohnya tidak
mengizinkan kita sholat dengan sarung yang baru? Apakah hidup ini sudah
begitu mudahnya ditukar dengan sesuatu yang bersifat fisik? Apakah Allah sendiri
tidak cukup buat kita? Apakah kita perlu menambah-nambahi lagi dengan yang lain?

Lalu apa yang terjadi? Bersiap-siaplah nanti sore kita akan menjumpai macet
di sana sini, siap-siaplah kita yang terpaksa pulang malam masih juga mendapati
begitu banyak orang-orang yang egois mau dateng ke mesjid sehingga jalanan
padat nggak karuan. "Suatu saat nanti ummatku laksana buih, banyak tetapi mudah
hilang ditelan ombak......." Duh Gusti Allah, tolonglah buang pikiran-pikiran kotor
ini. Allah terlalu picik dalam pikiran kita sehingga kita membalas dengan
kepicikan-kepicikan yang kita lakukan. Ramadlan memiliki segudan makna yang
bisa kita dapatkan pada buku-buka agama dan kyai-kyai.

Setiap masuk bulan ini, saya selalu sedih, karena ternyata kita tidak cukup
sekali ditraining, kita diberi kesempatan ujian "HER" dengan dimaafkan semua
hasil ujian yang telah lalu. Maka berbahagialah anda yang menyambut bulan
kasih sayang ini JIKA anda sudah lulus ujian tahun kemarin, karena ini berarti ada
dapat bonus. Betapa tidak, apa sih yang sudah saya lakukan setahun terakhir?
Apa ya mencerminkan training Ramadlan tahun kemarin? Malu sekali saya jika
mengingatnya. Yang saya lakukan tahun ini masih sama dengan tahun-tahun
sebelumnya dan nggak naik-naik pangkat. Maka janganlah kita bergembira jika
kita nggak lulus ujian, tapi malulah kita, bersedihlah kita, dan bosanlah kita,
karena tiap kali datang bulan Ramadlan kita selalu melakukan hal yang sama:
beli baju baru, beli mukena baru, beli sarung & kupluk baru, beli buah dan
sayuran banyak-banyak buat menuh-menuhin kulkas (biar nggak kekurangan vitamin dan
mineral katanya), siap-siap macet tiap awal bulan, lalu menuh-menuhin mesjid
hanya pada awal dan akhir bulan puasa, ngaji hanya diujung dan akhir bulan,
itupun nggak khatam, paling cuma beberapa juz, pulang kampung dan
buang-buang uang, lalu? Makan banyak-banyak pada saat lebaran pasca lebaran, kembalilah seperti semula.

(sumber milis darruttauhid)

Kutbah Rasulullah Menyambut Bulan Ramadhan


Khutbah Rasulullah Menyambut Bulan Ramadhan
Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu adalah ibadah, amal-amalmu diterima, dan doa-doamu diijabah.
Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan syiyam dan membaca kitab-Nya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fukara dan masakin. Muliakanlah orang-orang tuamu, sayangilah yang muda, sambunglah tali persudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya, dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarkannya.
Kasihanilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertobatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hambanya dengan penuh kasih;Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya, dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.
Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-pungmu berat karena beban (dosa)-mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.
Ketahuilah! Allah Ta'ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri dihadapan Rabb Al-'Alamin.
Wahai manusia! Barangsiapa diantaramu memberi buka kepada orang-orang Mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka disisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan ia diberi ampunan atas dosa-dosanya yang lalu.
(Sahabat-sahabat bertanya:" Ya Rasulullah!Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian." Rasulullah meneruskan:)
Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.
Wahai manusia! Siapa yang membaguskan ahlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirath pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.
Barang siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari Kiamat. Barang siapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-nya.
Barangsiapa menyambungkan tali persudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan , Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardhu baginya adalah ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardhu dibulan yang lain.
Barang siapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa pada bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Qur'an pada bulan-bulan yang lain.
Wahai manusia! sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak akan pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.
Amirul Mukminin k.w. berkata,:Aku berdiri dan berkata,"Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama dibulan ini?" Jawab Nabi:Ya abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah".